Logo
Pola Kepemimpinan Santa Angela Dalam Pendidikan Ursulin Di Era Digital
Tanggal Post

22 Desember 2022

Kategori
Pendidikan
pola-kepemimpinan-santa-angela-dalam-pendidikan-ursulin-di-era-digital

⦁    Pendahuluan
    Kepemimpinan adalah pengaruh. Kata ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus dapat menjadi inspirasi yang menggerakkan orang yang dipimpin dan dapat menunjukkan arah/visi dengan jelas pada yang dipimpinnya. Kepemimpinan menjadi kata yang sering muncul ketika kita berbicara tentang organisasi, berkegiatan, dalam pendidikan dan bidang lainnya. Di jaman yang penuh dengan perubahan yang serba cepat dibutuhkan pemimpin yang dapat mengantisipasi segala keadaan agar visi organisasi dapat tercapai. 
    Pola kepemimpinan senantiasa berkembang dan berubah seiirng situasi dunia. Pandemi covid 19 yang melanda dunia membuat pola kepemimpinan bergeser, penggunaan dunia maya sangat berpengaruh terhadap perilaku pemimpin. Dibidang pendidikan juga penggunaan tehnologi informatika menjadi hal yang tidak dapat terelakan lagi, semua pihak baik guru, siswa, orang tua dipaksa untuk menguasai tehnologi informatika, dalam hal ini tehnologi digital. Guru selaku pemimpin pembelajaranpun mengalami perubahan pola kepemimpinannya.  
    Revolusi industri 4.0 yang mewarnai dunia juga turut mengubah wajah pendidikan, tuntutan produk pendidikan yang siap menjawab kebutuhan dunia pada masa revolusi industri 4.0 menjadi fokus di sekolah. Sekolah menjadi tempat pembentukkan pemimpin yang akan berkarya di jaman revolusi 4.0. Warisan kepemimpinan Bunda Angela menjadi landasan pijak yang kokoh dalam mensikapi segala tantangan yang ada di depan mata kita. Kepemimpinan  yang dilandasi oleh spiritualitas Angela yaitu cinta ganda “cinta kepada Allah dan keselamatan jiwa-jiwa”(nasehat 2:2)  menjadi kekuatan dalam mengelola siswa di bawah naungan Ursulin. 

⦁    Keteladanan Dalam Memimpin
 
    Pola umum dalam kepemimpinan yang dominan dan dapat langsung dipelajari adalah keteladanan. Berbagai contoh dalam Alkitab yang sangat praktis dapat kita pelajari, Musa menjadi teladan bagi Yosua, nabi Elia menjadi teladan bagi Nabi Elisa, rasul Paulus menjadi teladan bagi Timotius, dll. Bunda Angela dengan gamblang menuliskan bahwa keteladanan dalam unsur utama dalam diri seorang pemimpin. “Tetapi kata-kata, tindak-tanduk, dan sikap kita selalu memberi contoh dan peneguhan iman (teladan) bagi semua yang bergaul (berurusan) dengan kita” (regula bab 9 :21). Peryataan ini menegaskan kita untuk menjadi teladan dimanapun kita berada. Beberapa hal yang perlu dicermati dalam hal keteladanan seorang pemimpin adalah:
⦁    Menetapkan diri 
    Hal pertama yang perlu diingat adalah kita telah ditetapkan Allah menjadi duta-Nya dalam mengabarkan kabar gembira. Suatu anugerah jika kita terpanggil menjadi bagian dalam rencana-Nya. Bagian kita adalah mempersiapkan dan memantapkan diri untuk menerima rahmat Tuhan dalam memimpin. Hal ini tidak memandang status kita, apakah sebagai seorang siswa, guru, tenaga kependidikan, kepala sekolah, ataupun sebagai alumni. Kita semua warga sekolah yang bernaung dalam pendidikan Ursulin mendapat rahmat-Nya, sehingga kita dengan penuh tanggungjawab melatih diri terus menerus untuk menjadi role model dan memimpin dimanapun kita berada.
    “Allah telah memberikan rahmat kepada anda untuk menarik diri dari kegelapan dunia yang menyedihkan ini dan telah mengumpulkan anda bersama untuk pelayanan Tuhan Yang Maha Agung” (prakata nasehat 4). Hal ini menjadi dasar dalam setiap kegiatan sekolah, hendaknya setiap insan pendidikan menyadari dengan sepenuhnya bahwa inisiatif pertama datangnya dari Allah. Sehingga kita dengan kepercayaan penuh menjalani setiap tugas kita baik pendidik maupun kependidikan secara optimal dan bertanggungjawab. Karena Allah yang memberi rahmat kekuatan, maka kita dengan penuh kebaranian menyampaikan kabar sukacita, hal ini terpancar dari setiap kegiatan pembelajaran disekolah. Suasana pewartaan kabar gembira mewarnai setiap kegiatan pembelajaran.


2. Melatih diri terus menerus
    Sebagai tanda kita menerima dan menetapkan diri menjadi pemimpin adalah melatih diri terus menerus tanpa lelah. Bunda Angela mengatakan: ”agar anda tabah serta teguh dan setia menjalankan tugas yang telah dipercayakan kepada anda” (prakata nasehat 4). Unsur ketabahan, keteguhan hati dan kesetiaan menjadi modal dasar dalam melatih diri. Sebagai contoh di era digital sekarang kepemimpinan dapat didefinisakan dengan kontribusi seorang pemimpin untuk transisi menuju masyarakat pengetahuan dan pengetahuan mereka tentang teknologi. 
    Pemimpin digital memiliki kewajiban untuk mengikuti revolusi global yang sedang berlangsung. Mereka harus memahami teknologi, bukan hanya sebagai sebuah enabler tetapi juga untuk kekuatan revolusionernya. Seorang pemimpin masa depan lebih seperti sebuah komunitas manajer daripada otoriter. Perpaduan yang seimbang antara karakteristik universal dan sifat kepemimpinan digital menjadi kekuatan yang sempurna.  kepemimpinan pada era digital mengisyaratkan gaya kepemimpinan membangkitkan kepemimpinan baru yaitu kombinasi dari kecerdasan emosional, keterampilan dan intelektual. Hal ini menjadi latar belakang dalam dunia pendidikan juga bahwa karakter dan keterampilan perlu mendapat tekanan yang khas pada kegiatan pembelajaran.
1. Menjadikan diri contoh pada setiap kondisi
    Pepatah “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”menjadi suatu yang tidak dapat dihindarkan dalam dunia pendidikan, terutama di lingkungan pendidikan Ursulin. Nasehat Bunda Angela “ Bagi anda hiduplah sedemikian rupa hingga anda menjadi contoh bagi mereka” (nasehat 6:1) sangatlah sejalan dengan pepatah tersebut. Dengan demikian setiap warga sekolah, terutama sebagai pendidik kita diberi kesempatan yang seluasnya dalam mengembangkan karakter siswa melalui kegiatan pembelajaran. 
    Salah satu aspek adalah integritas pendidik, melalui perilaku kita, siswa dapat belajar mengembangkan integritasnya. Contohnya adalah kejujuran, guru harus jujur dengan profesinya, tidak berbohong dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses belajar. Tidak ada bohong putih atau hitam, segala kebohongan adalah racun yang mematikan bagi integritas. Marius 5: 37 mengatakan “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat”. Jika pendidik memiliki integritas tinggi maka produknya akan tercermin integritasnya di lingkungannya berada.
 
⦁    Pemimpin Yang Melayani
    Seorang pemimpin yang melayani berfokus pada lingkungan sekitarnya, dia tidak berfokus pada kepentingan/ kebutuhan diri. Dalam artian dia sudah selesai dengan dirinya, dan berproses dalam pembentukkan karakter diri melalui pelayanan kepada sesama. Adapun ciri dari pemimpin yang melayani adalah:
1. Memahami dan mengerti  yang dipimpin
“Perhatikanlah dan bersungguh-sungguhlah mengerti dan memahami tingkah laku puteri-puteri anda. Hendaknya anda mengetahui baik kebutuhan rohani mau pun kebutuhan jasmani mereka” (nasehat 4:1). Keterampilan memahami setiap kebutuhan orang yang dipimpin marupakan ketarampilan yang dibentuk setiap saat. Raja Salomo menuangkan hal ini dalam kitab Amsal “Kenallah baik-baik keadaan kambing dombamu, perhatikanlah kawanan hewanmu” (Amsal 27:23). Mengenal karateristik siswa adalah hal yang mutlak bagi seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran. Pembelajaran akan menarik dan tidak membosankan ketika seorang guru dapat menyajikannya secara mengena pada kebutuhan siswa. “Perhatikanlah dan bersungguh-sungguhlah mengerti dan memahami tingkah laku puteri-puteri anda. Hendaknya anda mengetahui baik kebutuhan rohani mau pun kebutuhan jasmani mereka” (nasehat 4:1). Pemimpin pembelajaran yang baik pastilah mengedepankan kebutuhan siswa daripada kepentingan pribadi. Tidaklah mungkin seorang guru dapat berdiri di depan kelas tanpa persiapan. Hal ini mengingkari hakekat seorang guru. Tidaklah mungkin seorang guru memimpin pembelajaran dengan metode/pendekatan dan trik yang sama persis pada setiap kelas karena karakteristik setiap siswa berbeda. Jadi hanya dengan melihat persiapan pembelajaran di setiap kelas, kita dapat melihat mana pemimpin pembelajaran yang baik dan mana yang tidak. Demikian pula kita dapat melihat dari penilaiannya, mana guru yang kreatif dan mana guru yang malas. 
2. Memiliki ketetapan hati
    “Anggaplah dirimu pelayan (pembantu) dan hamba dan sadarilah bahwa kebutuhan anda untuk melayani puteri-puteri anda lebih besar daripada kebutuhan mereka untuk dibantu dan diatur (dibimbing) oleh anda” (nasehat 1:3). Hal dasar yang patut dimiliki oleh setiap guru sebagai pemimpin pembelajaran adalah menyadari bahwa kebutuhan kita untuk melayani jauh lebih besar dari pada kebutuhan siswa. Kata- kata negatif seperti: “siapa yang butuh? Kamu atau saya? Jika ini dikeluarkan oleh seorang guru adalah hal yang tidak pantas. Hal ini menunjukkan bahwa kita nirvisi. Kita lupa pada hakekat panggilan kita sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang membawa kabar sukacita kepada anak-anak Allah yang kita layani. 
 
⦁    Pemimpin Yang Visioner
1. Mengenal panggilan sebagai pemimpin
    “Tak ada tugas yang lebih mulia daripada menjadi seorang pembimbing dari mempelai Allah yang Maha Tinggi” (prakata nasehat 8). Nasehat ini menjadi motivasi sekaligus tantangan bagi setiap pemimpin pembelajaran, terutama di era digital sekarang. Menjadi motivasi jika kita mamahami status kita sebagai pembimbing dari anak Allah, merupakan panggilan yang mulia dan terhormat, kita dipercaya melahirkan para pemimpin dunia. Tantangannya adalah kita perlu menyediakan dan menyiapkan diri sepenuhnya, belajar mengenal kehendak Allah, belajar membaca tanda – tanda jaman, dan senantiasa mengikuti perkembangan dunia pendidikan dan dunia luar. 
2. Pemimpin yang mengerti kebutuhan masa depan
    Oleh karena itu, jika seorang pemimpin menerima tantangan untuk menjadi pemimpin yang dibutuhkan sekarang, maka harus meningkatkan keterampilan kepemimpinannya atau setidaknya mengetahui keterampilan mana yang sedang diperlukan. Mungkin kita dapat menyatakan bahwa kepemimpinan selalu menuntut yang terbaik dan mungkin itu tidak berubah tetapi di era sekarang,  tantangan utama adalah  kompleksitas. Kepemimpinan terkait dengan visi atau masa depan. Dengan kata lain, seorang pemimpin tanpa visi adalah pemimpin dengan kepemimpinan yang kurang baik. Namun visi saja tidak cukup. Ia harus memperjuangkan visi itu agar dapat menjadi kenyataan. Yang menjadi landasan utamanya adalah kreativitas dan fleksibilitas. “Jika karena perubahan jaman dan keadaan perlu untuk membuat peraturan baru atau untuk mengubah sesuatu, lakukan hal itu dengan bijaksana setelah mendengarkan nasihat yang baik” (warisan terakhir 2).

3. Pemimpin yang bermimpi
    Memiliki visi yang kuat dan jelas menjadi syarat mutlak seorang pemimpin. Di dunia pendidikan, guru sebagai pemimpin pembelajaran dituntut memiliki visi yang kuat terhadap setiap anak didiknya. Guru harus fokus pada tujuan akhir dari pembelajaran, yaitu optimalisasi potensi dan kompetensi siswa. Kekuatan menterjemahkan visi dalam setiap kegiatan pembelajaran perlu dilatih dan diterapkan setiap hari. Steve Jobs pernah berkata  “tujuan saya selalu tidak hanya untuk membuat produk yang hebat, tetapi untuk membangun perusahaan yang hebat” kutipan ini menggungkapkan apa yang menjadi obsesi seumur hidup Jobs. Maksud Jobs adalah tidak hanya membuat produk hebat tetapi  juga membangun perusahaan hebat. Tujuannya bukan hanya untuk menciptakan produk yang inovatif tetapi juga untuk menciptakan organisasi yang inovatif. Poin penting ini  biasanya terlewatkan dalam inovatif produk yang biasanya dikaitkan dengan Jobs. Jobs lebih dari sekadar pembangun produk terobosan, dia pembangun organisasi besar. Gairahnya bukan hanya produk Apple tetapi perusahaan Apple. 
    Bunda Angela melalui nasehat ke 5 :3 mengatakan: ”Ajaklah mereka agar meletakkan harapan mereka pada sukacita dan harta surgawi, agar mereka mendambakan pesta abadi di surga, yang penuh berkat dan tidak ada habis-habisnya”. Visi dan tujuan hidup yang jelas, membuat Santa Angela menmiliki energi yang sangat besar untuk memimpin kompani Santa Ursula. Penglihatan nya ketika ada anak tangga dari sorga turun ke bumi dengan diikuti oleh para malaikat dan saudaranya ini sangat kuat membekas dalam dirinya. Seorang pemimpin pembelajaran juga harus memiliki penglihatan yang kuat dan jelas sehingga tercermin dalam tingkah lakunya.  
 
⦁     Pemimpin Yang Totalitas
           “Anda harus berbuat apa saja dengan seluruh kekuatan anda untuk tetap setia pada panggilan Tuhan, untuk mencari dan mendambakan semua sarana (cara) dan jalan yang dibutuhkan untuk bertahan dan maju sampai akhir. Tidaklah cukup untuk memulai, bila tanpa ketahanan” (Prakata regula 9-11). Totalitas adalah kunci dari proses untuk menjadi pemimpin yang sukses. 

1. Pemimpin yang bekerja keras
    “dan janganlah berhenti merawat (memelihara) pohon anggur yang telah dipercayakan kepadamu” (nasehat 8:8). Di kalangan orang Chinese, angka 168 adalah angka keberuntungan, angka ajaib yang membawa hoki. Sebenarnya angka ini adalah angka kerja keras, dimana 168 adalah hasil perkalian dari 24 dan 7. Jadi mereka menetapkan fokus kerja pada 24 jam setiap hari dalam seminggu. Pemimpin yang sukses dalah pemimpin yang memiliki etos kinerja pada  kerja keras. Dia tidak menyerah ketika menghadapi tantangan, pantang menyerah menjadi moto hidupnya. Hampir tidak pernah ada keluhan keluar dari bibirnya ketika menjalankan kepemimpinan. Dan kerja kerasnya dapat dirasakan oleh seluruh bawahannya. 
2. Pemimpin yang berkerja tuntas
    “hanya orang yang bersedia menyambut semua jalan dan sarana (cara) yang diperlukan untuk mencapai tujuan ini, yang akan mampu bertahan dengan setia  (Prakata regula 13). Bekerja dengan menerapkan target menjadi patokan dalam bekerja tuntas. Pemimpin sewajarnya memiliki target dalam menjalankan kepemimpinannya. Dia tidak akan berhenti sebelum tujuannya tercapai. Dalam mencapai tujuan, dia akan memaksimalkan setiap potensi, tidak asal selesai, ini yang dimaksud dengan kerja tuntas. 
3. Pemimpin yang bekerja ikhlas
    “Usahakanlah, dengan bantuan Allah untuk memperoleh sikap batin yang menggerakkan anda untuk memelihara dan memimpin Kompani ini hanya karena cinta kepada-Nya dan (perhatikan akan) demi keselamatan jiwa-jiwa” (warisan pertama : 2-3). Memimpin tanpa pamrih adalah hal yang sangat menyenangkan, dimana kita memimpin tanpa berfikir akan mendapat imbalan. Ini yang akan membebaskan kita dalam berkarya, tidak bermuka dua, cari keuntungan, atau main aman dalam menjalankan kebijakan atasan. Kita hanya fokus kepada kecintaan kepada Allah, dan keselamatan jiwa-jiwa.  

⦁     Kesimpulan 
    Refleksi saya dari tulisan diatas adalah seorang pemimpin di era digital yang berlandaskan spiritualitas Santa Angela adalah pemimpin yang menjadi teladan, berjiwa melayani, memiliki visi yang jelas dan totalitas dalam menjalankan kepemimpinannya. Tidaklah mungkin memimpin hanya untuk menyenangkan bawahannya saja, berusaha menjadi teman yang terbaik untuk setiap orang. Sebaliknya pemimpin harus fokus pada apa yang terbaik untuk organisasi, apa yang terbaik untuk orang yang berada di organisasinya dan apa yang terbaik untuk mengembangkan talenta diri sendiri agar visi organisasi tercapai. 
    Saya telah bertemu beberapa orang yang ingin menjadi pemimpin. Saya sering bertanya kepada mereka, mengapa mereka ingin menjadi pemimpin dan jawaban mereka mengungkapkan bahwa motivasi mereka sebenarnya adalah tentang keuntungan memimpin. Mereka ingin memegang kendali. Mereka ingin orang lain melakukan apa yang mereka katakan. Mereka menginginkan penghasilan yang lebih tinggi dan fasilitas yang lebih baik.  Dalam enam tahun saya sebagai pemimpin, saya telah menerima hampir setiap keuntungan yang bisa dibayangkan. Saya telah menerima pengakuan, otoritas, kantor yang bagus, fasilitas  yang bagus, uang, perlakuan istimewa, dll, saya sudah mendapatkannya! Namun, tidak satu pun dari hal-hal ini yang memotivasi saya sebagai seorang pemimpin. Saya memimpin karena apa yang dapat saya lakukan untuk orang lain. Dapat bermanfaat dan membuat orang lain optimal dalam mengembangkan talentanya.  Itulah motivasi terbaik untuk memimpin orang lain. Saya membutuhkan banyak waktu dan pergumulan untuk sampai di sana. Saya beralih dari fokus pada apa yang dapat saya terima sebagai pemimpin (keuntungan) menjadi apa yang dapat saya berikan sebagai pemimpin (value). Santa Angela mengajarkan sangat banyak kepada saya, sampai-sampai saya merasa setiap hari beliau mengamati dan menuntun jalan hidup saya. Hal kecil yang saya lakukan sekarang adalah berdoa untuk para pemimpin. Secara rutin saya doakan pemimpin yayasan, kepala sekolah tiap unit, pemimpin pembelajaran dalam hal ini adalah guru agar mereka semua mengerti dan menjalankan panggilannya dengan gembira. 

Santa Angela doakanlah kami
 
Peringatan Hari Ibu
Bandung, 22 Desember 2022

Tjio Dedy